Di pagi hari yang cerah, aku sedang memelototi komputer untuk membuka site-site wajibku, kompas online, gmail, yahoomail, dan blogger, ketika sebuah pesan masuk di
yahoomail-ku.
Sebuah pesan dari seorang teman sekantor "Makalah kepegawaian harus dikumpulkan Hari Senin ini" disertai jadwal presentase yang menunjukkan bahwa di antara 20 orang
peserta, aku telah didaulat menjadi 1 dari 3 presentator pertama pada Hari Senin yang sama.
Aku masih menghela nafas semi shock ketika atasanku yang tersayang dengan tiba-tiba, muncul di samping kubikelku dan berbicara dengan manisnya “Tolong laporan keuangan interim agar dikumpul semua di mejaku hari Senin ini. Terimakasih”, lalu berlalu pergi, meninggalkanku sendiri.
Sebuah pesan dari seorang teman sekantor "Makalah kepegawaian harus dikumpulkan Hari Senin ini" disertai jadwal presentase yang menunjukkan bahwa di antara 20 orang
peserta, aku telah didaulat menjadi 1 dari 3 presentator pertama pada Hari Senin yang sama.
Aku masih menghela nafas semi shock ketika atasanku yang tersayang dengan tiba-tiba, muncul di samping kubikelku dan berbicara dengan manisnya “Tolong laporan keuangan interim agar dikumpul semua di mejaku hari Senin ini. Terimakasih”, lalu berlalu pergi, meninggalkanku sendiri.
“Hari Senin ini” yang berarti aku hanya diberi waktu kurang
dari seminggu untuk mengerjakan laporan keuangan interim untuk tiga kantor cabang,
mempersiapkan makalah, dan mempersiapkan presentasinya.
Dan seakan itu semua belum cukup, teman sekantorku yang lainnya, tiba-tiba muncul dengan berita
-yang-tidak-akan-kujelaskan-saking-bikin-nyeseknya- maka akupun terdiam di kursi
kerjaku.
Tenggelam dalam kekaguman pada semua keadaan ini. Seakan dunia sedang berkomplot untuk menjatuhkan langit ke atas kepalaku. Seolah secuil awan mendung tiba-tiba
muncul di langit yang cerah dan bertengger tepat di atas kepalaku, hanya di atas kepalaku.
Teringat pada sepotong kalimat dalam buku pengantar tidurku semalam.
Hidup itu rasanya seperti seiris Surga, hanya saja, pada
beberapa hari, irisannya lebih kecil dari hari yang lain.
Aku masih hidup maka seharusnya ini adalah salah satu irisan Surga.
Maka kucoba mencari seiris Surga
yang sepertinya, hari ini diiris lebih kecil dari biasanya.
Sebuah senyum yang kubagi bersama teman kubikelku pagi tadi. Ketika kami terjongkok dalam diam mengupas jeruk di pojok kubikel. Berharap tidak menjadi cobaan puasa bagi teman dari negeri seberang. Ketika tiba-tiba semua protes karena aroma jeruk yang menyebar di seluruh ruangan :)
Sebuah tawa yang kubagi bersama teman makan siangku
ketika menemukan jenis phobia baru di mall, Masegreenpeacephobia. Sebuah phobia karena
ketakutan setiap melihat mas-mas green peace yang akan menguntit kemanapun anda melangkah, dengan rentetan pertanyaan yang penuh paksaan “Anda cinta bumi bukan!?”, “Anda cinta
lingkungan bukan!?”, “Tidak mungkin tidak pastinya!”. Sangat menakutkan dan membuat phobia :)
Seiris Surgaku di hari ini, kecil sih tetapi cukuplah untuk membuat secuil
awan mendung di atas kepalaku terlihat merona jingga.
So Lets face the life, Me...