Pada umumnya, setiap anak Indonesia dibesarkan dengan mimpi
yang besar.
Jadi polisi yang selalu sigap menangkap penjahat.
Jadi petugas pemadam kebakaran yang tidak takut api.
Jadi presiden yang selalu muncul di berita malam.
Aku?
Jadi dokter yang jago pakai suntik.
Pun, dibesarkan dengan harapan sederhana tetapi luar biasa.
Kalau kursi yang habis diduduki panas, nanti akan punya
banyak anak.
Kalau garis2 halus di sisi luar kelingkingnya banyak, nanti akan punya banyak anak.
Dan karena itu,
Setelah mimpi jadi dokter itu kandas tanpa pernah diperjuangkan,
Punya banyak anak jadi target yang lebih realistis.
Maka,
Salah satu persiapan pernikahan saya kemarin adalah
mengunjungi dokter kandungan.
Hasilnya?
Menyedihkan walau tidak terlalu mengejutkan,
Ada mioma uteri yang disertai sedikit keputihan, oh dan nyeri haid yang cukup menyiksa.
Anda dapat menemukan referensi para ahli tentang mioma uteri dan keputihan serta nyeri haid di google.
Disini, saya hanya akan bercerita dalam kapasitas saya sebagai perempuan-yang-tidak-kesampaian-jadi-dokter.
1. Nyeri Haid dan Nyeri Tengah Siklus
Saya termasuk perempuan yang cukup akrab dengan nyeri siklus haid. Rasanya seperti rahim diisi dengan silet lalu diremas-remas. Gak sampai pingsan sih, hanya bisa bikin terbangun saat tidur malam.
Dalam satu bulan, nyeri ini terjadi dua kali, pada sehari sebelum haid dan dua minggu setelah haid.
Yap, saya mencatat di kalender setiap kali nyeri ini terasa!
Setelah bertanya pada Mbah Google yang maha tahu lagi maha tidak pelit, nyeri yang saya alami ini ternyata disebut nyeri haid dan nyeri tengah siklus.
Nyeri haid adalah nyeri yang umumnya dirasakan perempuan pada perut bagian bawah dan bisa menyebar ke punggung. Nyeri ini biasanya terasa pada beberapa hari menjelang datang bulan atau saat sedang datang bulan.
Sedang nyeri tengah siklus adalah nyeri yang luar biasa, disertai kram pada salah satu sisi perut bagian bawah, yang berhubungan dengan ovuluasi atau masa subur, karena itulah maka nyeri ini hanya terasa di seputar masa subur. Untuk informasi, masa subur pada wanita terjadi pada pertengahan siklus haid atau 14 hari sebelum haid selanjutnya. Nyeri ini adalah nyeri yang tidak umum, tetapi juga tidak aneh. 20 % dari total populasi perempuan di dunia merasakan nyeri ini.
2. Keputihan
Karena keputihan yang menahun dan tidak sembuh-sembuh meski sudah digempur dengan berdos2 antibiotik. Dokter menyarankan saya melakukan pap smear untuk screening pertumbuhan sel ganas pada organ kewanitaan.
Apakah pap smear boleh dilakukan pada
gadis? tidak dianjurkan, tetapi dapat dilakukan. Dengan berbekal surat
pengantar dari dokter dan konfirmasi dengan petugas lab tentang status
kawin, pap smear bisa dilakukan pada gadis, walau hasilnya tidak
seakurat tes pap smear pada wanita kawin. Hal ini disebabkan karena
teknik pengambilan sampel yang berbeda, baik alat yang digunakan maupun kedalaman pengambilan sampel.
Hasilnya, keputihan karena jamur, radang kronik non spesifik kelas II tetapi tidak ada pertumbuhan sel ganas.
Karena
belum menikah, dokter tidak menyarankan untuk melakukan tindakan medis
selain minum obat anti jamur. Sembuh? Tidak! karena itu dokter menunda
tindakan operatif hingga saya menikah.
3. Mioma Uteri
Bolak balik berobat keputihan, shopping dokter kandungan sejak jaman kuliah. USG abodomen mah sudah biasa.....
Waktu jaman kuliah sih aman-aman saja hasil USG abdomennya, tetapi sejak lulus kuliah dan bekerja, ada massa yang mulai terdeteksi dalam rahim saya.
USG dengan dokter pertama menunjukkan adanya kista endometriosis/coklat ukuran 3 cm.
USG dengan dokter ke-2 dan dokter ke-3, memberi diagnosa mioma uteri ukuran 5 cm.
Sedang USG dengan dokter ke-4, memberi diagnosa adenomiosis ukuran 5 cm.
Hasil diagnosa atas massa di rahim memang berbeda-beda, tetapi diagnosa atas kesuburan tetap satu juga, "sel telur saya bertumbuh dan matang dengan sangat baik". Puji Tuhan!
Dan ketika hiruk pikuk pengantin baru telah mereda, program sehat berbuah kehamilan pun dimulai.
1. Tiup Rahim/Hidrotubasi
Sebulan setelah menikah, dokter kandungan langsung menyarankan tindakan tiup rahim/hidrotubasi.
Pada dasarnya, tindakan ini dilakukan untuk memeriksa ada tidaknya sumbatan di saluran telur dengan cara memasukkan larutan obat dengan alat hidrotubator melalu vagina, mulut rahim, saluran leher rahim, rongga rahim, menuju ke saluran telur.
Bila larutan obat dapat melewati kedua saluran telur dengan baik maka kedua saluran dalam keadaan paten (tidak ada sumbatan).
Apa perlunya saluran telur paten? pada pembuahan alami, sperma harus melewati saluran telur untuk bisa sampai pada sel telur. Saat saluran ini tersumbat, maka pembuahan alami tidak akan bisa terjadi.
Tiup rahim hanya boleh dilakukan pada hari ke-9 atau ke-10 siklus haid, saat rahim sudah betul-betul bersih dari darah haid dan jauh sebelum jadwal haid selanjutnya. Intinya tindakan ini tidak bisa dilaksanakan pada perempuan yang mungkin hamil atau yang sedang haid.
Untuk lebih detail tentang tindakan ini, silahkan ngubek-ngubek mbah google.
Cari informasi tentang efek samping serta persiapan yang harus dilakukan menjelang tindakan.
Pengalaman saya kemarin, saya tidak diberi obat penghilang rasa
sakit pun tidak diberi informasi secara detail tentang persiapan lain yang harusnya saya lakukan, puasa makan enam jam misalnya.
Maka dua jam menjelang tindakan, saya sarapan soto ayam penuh minyak di kantin rumah sakit dan mendadak diare ringan. Untung tidak terjadi hal yang memalukan selama tindakan, kasian Pak Dokter dong kalau sampai terjadi hal yang tidak diinginkan.
Dan apa hasilnya? kedua saluran tuba paten, bahkan setelah bertahun-tahun menderita keputihan.
2. Foto rahim/Histerosalpingografi (HSG)
Tiga bulan setelah tiup rahim, tiga bulan mencoba untuk hamil alami tetapi tidak berhasil. Saya pun pindah ke Dokter ke-2. Beliau lalu menyarankan untuk foto rahim untuk menegakkan hasil hidrotubasi sebelumnya.
Pada dasarnya, tindakan ini tujuannya sama dengan tiup rahim, cara kerjanya pun hampir sama. Bedanya, cairan yang dimasukkan ke dalam rongga
rahim melalui vagina adalah cairan yang mengandung zat kontras. Saat cairan sudah dimasukkan, dokter akan melakukan foto rontgen hingga akan
terlihat apakah zat kontras tersebut masuk ke dalam saluran telur atau
tidak. Bila masuk, berarti tuba paten. Bila tidak, berarti tuba tidak paten. Dan lagi-lagi, hasilnya kedua saluran tuba paten.
3. Operasi Laparoskopi pengangkatan adenomiosis
Empat bulan setelah foto rahim, empat bulan mencoba untuk hamil alami tetapi gagal. Saya pindah dokter lagi, Dokter ke-3. Di dokter ini, saya langsung setuju saat disarankan untuk operasi pengangkatan adenomisis. Bagaimana tidak, sel telur bagus, saluran telur paten, tetapi pembuahan tidak terjadi. Mungkin beratnya adenomiosis membuat organ rahim saya tidak bergerak dengan maksimal saat pembuahan.
Apa hasilnya? diagnosa ditegakkan, massa dalam rahim saya ternyata adalah adenomiosis yang tumbuh di dinding rahim bagian luar.
Dan demi mencabut adenomiosis sampai ke akarnya, dinding rahim saya harus dikikis lalu dijahit kembali.
Semua itu dilakukan hanya lewat 4 buah lubang kecil di perut.
4. Terapi Gonadotropin analog (GnRH-Analog)
Seminggu setelah operasi laparoskopi, dokter menyarankan saya untuk menjalankan terapi Gonadotropin analog (GnRH-Analog) dengan merek dagang Endrolin. Terapi ini saya jalannya untuk 3 bulan. Tujuannya dilakukan terapi ini adalah untuk mengurangi tingkat produksi estrogen sehingga dapat menekan atau bahkan menghentikan pertumbuhan adenomiosis yang mungkin masih tersisa di dalam rahim saya.
Loh kan sudah diangkat pas operasi kemarin?
iyya, operasi kemarin memang tujuannya untuk mengangkat adenomiosis, tetapi gak bisa sampai bersih 100% keleus.
Kalau mau bersih 100% itu harus rahimnya yang diangkat. Gitu!
Suntik endrolin menghentikan haid saya selama tiga siklus yang kurang lebih menghabiskan waktu 4 bulan.
menekan pertumbuhan jaringan endomtriu
Jawaban TanyaDok.com di : https://www.tanyadok.com/artikel-konsultasi/fungsi-suntikan-endrolin
5. Operasi Couter Erosi Portio/Cryotherapy
Sebulan setelah haid pertama pasca suntik endrolin, setelah kami mencoba hamil alami dan tetap gagal.
Saat itulah saya teringat pada tulisan di blog ini
Mungkin, selama ini, pembuahan tidak dapat terjadi, karena sperma yang masuk tidak mampu melewati keputihan di mulut rahim saya. Maka saya konsul lagi ke dokter ke-3 dan Pak Dokter kemudian menyarankan untuk melakukan tindakan Operasi Couter Erosi Portio/Cryotherapy.
Cryotherapy adalah tindakan pemanfaatan suhu dingin ekstrim untuk menghancurkan sel kulit meradang di mulut rahim. Harapannya, keputihan akan musnah bersama hancurnya sel kulit meradang tersebut.
Syarat, persiapan, durasi serta rasa sakit yang ditimbulkan saat tindakan, kurang lebih sama dengan tiup rahim dan foto rahim.
Yang perlu diperhatikan, setelah tindakan Cryotherapy, pasien diwajibkan untuk puasa hubungan suami istri selama kurang lebih 40 hari. Puasa ini dilakukan agar mulut rahim dapat memulihkan sel kulitnya dengan baik.
Maka setelah lampu hijau dari dokter sudah keluar,
puasa sudah dihentikan dan masa subur datang.
Berusaha lagi lah kami untuk hamil dengan cara alami.
Dan.... setengah bulan kemudian, dua garis merah itupun datang.
Sungguh benar kata orang tua kita dulu.
Ketika kita berusaha semaksimal mungkin dan berdoa dengan tekun.
Apakah yang tidak mungkin?
Sudah berjuang semaksimal mungkin?
Sudah berdoa dengan tekun?
Tetapi masih belum dapat juga?
Mungkin masih dikasih kesempatan untuk lebih belajar bersabar.
Ada tertulis dalam kitab suci agama saya
"Untuk segala sesuatu ada masanya, untuk apapun di bawah langit ada waktunya.
-Pengkhotbah 3:1"