Kemarin aku berhasil memecahkan rekor sprint dari
parkiran ke lantai dua kost karena error di bagian perut sehabis ber-nasi uduk
di warung yang katanya cukup terkenal di Makassar.
Hanya singgah di kamar tetangga kost yg kebetulan
terbuka untuk nyolong tissue sama sabun cair.
Bahkan gak sempat lepas helm, jaket, tas
dan sendal jepit.
Maka berakhirlah aku di toilet kost yg sempit,
kepanasan karena berbaju lengkap, ribet karena masih membawa helm dan tas.
Sumpah, hidup itu keras Bung!.
Sumpah, hidup itu keras Bung!.
Tetapi ketika badai siksaan itu
berlalu, saat aku akhirnya terduduk lega di atas dudukan closet.
Kutemukan mataku terjatuh pada sendal jepit yg ikut bersamaku ke dalam toilet.
Sendal jepit yang dulunya berwarna orange neon,
yang sekarang, lebih sering dituduh berwarna cokelat..
Sendal jepit yang sudah menggelambir kesana
kemari, menipis seiring bertambahnya usia kebersamaan kami.
Sayang gak karu-karuan aku sama sendal jepit itu.
Buanget. Kubawa kemana-mana jadinya, ke mall jadi, ke pasar jadi, ke kolam renang
jadi, ke kantor juga jadi eeee.
Ketika tiba-tiba kuteringat pada pembicaraan
dengan seorang teman saat makan nasi uduk. Dalam bahasa Jawa aslinya tetapi kira-kira
artinya seperti ini :
"Sendal jepit yah Jan, jelek, bulukan, gak
gaul, gak keren, gak canggih, gak dandan;
Kayak sendal bulukan mu itu;
Gak pernah gak punya pasangan. Nah kamu?"
Gak pernah gak punya pasangan. Nah kamu?"
Nah Aku???
Plak, sendal jepitku mendarat di bokongnya..
Tersenyum, bangkit berdiri dari dudukan closet,
buka pintu toilet, helm di tangan kanan, tas di tangan kiri, telanjang kaki.
Sendal jepit? Mana sendal jepit yang kusayang gak karu-karuan itu?
Kutitipkan di tempat sampah toilet.
Mulai malam itu, mereka pacarannya di tempat sampah saja.
:)
Mulai malam itu, mereka pacarannya di tempat sampah saja.
:)