Friday, October 5, 2012

Fondasi yang Baik


Sedang duduk aku di lengan kursi seniorku, menemaninya menatap layar monitor, memelototin perempuan dengan gaun warna warni di sana.
Ketika, Seorang Ibu  dari ruang sebelah tiba-tiba datang,  menjawil pipiku sambil menawarkan anaknya,
"Jan, mau jadi mantunya Ibu gak?", ucapnya tenang, tanpa tendeng aling-aling.
“Lah Bu, kan anaknya Ibu sudah punya pacar”, ucapku dengan heran, yang hanya dijawabnya dengan santai,
“Kan janur kuning belum melengkung Jan, bisa diatur lah!”.
Terperangah, aku hanya bisa menjawab, "Wah dicoba dulu yah Bu!"
Dan kami pun membahas beberapa tetek bengek tidak penting lainnya hingga dia berlalu pergi.

Anak Ibu itu tidak jelek kok, sungguh, dia tidak memalukan untuk dibawa ke arisan.
Anak Ibu itu juga punya masa depannya yang cerah, tidak lama lagi, dia akan aktif bekerja di perusahaan dengan gaji yang fantastis.
Anak Ibu itu juga terkenal akan keramahannya, asik diajak ngobrol kata orang.
Dan yang lebih bagus lagi, Ibunya sudah setuju, tidak perlu khawatir masalah mengurus surat kelakuan baik pada orang tuanya.

Dalam kondisi ini, aku bisa saja menari-nari dan  menjawab YA.
Bukankah ini yang ditunggu-tunggu oleh setiap perempuan,
ketiban calon suami potensial.
Tetapi ternyata, logika dan hatiku menjawab TIDAK.

Mengapa?

Karena, kalau kamu memiliki sesuatu setelah merebutnya dari pemilik sebelumnya.
Maka, saat itu, kamu hanya sedang memiliki sesuatu yang tidak bisa setia.

Selalu ada awan di atas awan, selalu akan ada yang lebih baik dibanding kamu.

Berapa lama kamu bisa memiliki kesetiaan dari sesuatu yang bisa direbut dengan mudahnya?

Ingat

Rumah yang baik tidak bisa berdiri di atas fondasi yang tidak baik.

No comments:

Post a Comment

stay strong sangbaine

seorang temanku meninggal hari ini temanku yang adalah suami dari temanku juga masih muda pastinya anak2nya juga masih kecil2 sekali ada tig...