Monday, March 26, 2012

Percaya

"Ya ampun Jani, kamu ini gampang banget gak sih dibodoh2in. Diomongin apa ajah loh, percaya", ucap seorang temanku kurang lebih dua tahun yang lalu, hanya beberapa menit setelah dia membohongiku habis2an.

Aku hanya tertawa dan menjawab " Tau gak?, kamu hampir dapat piring cantik karena jadi orang ke-seratus yang mengucapkan kalimat itu".

"Terlalu percaya itu memang banyak untungnya, tetapi, tidak-untungnya jauh lebih banyak", ucap temanku itu lagi. Yang kemudian kujawab dengan,

"Orang yang bisa dipercaya, cenderung menjadi orang yang gampang percaya. Sebaliknya, orang yang tidak bisa dipercaya, cenderung menjadi orang yang tidak gampang percaya. Karena aku orang yang gampang percaya maka aku orang yang bisa dipercaya. Orang yang bisa dipercaya kayak aku ini, selalu bahagia, percaya deh"

Dan hanya selang beberapa hari. Kata2ku itu menghantamku dengan telak.

Manusia yang paling kupercaya saat itu, mengkhianati kepercayaanku dengan sangat kejam. Membuatku tidak bahagia.

***

Maka aku berhenti percaya.

***

Setahun setelah pengkhianatan kepercayaan itu, seorang teman memberiku ceramah keprihatinan.

Manusia yang tidak percaya, sesuai penyebabnya, bisa digolongkan dalam dua jenis.

Satu. Mereka adalah orang yang berhenti percaya karena penah dikhinati dengan kejam.

Dua. Mereka adalah orang yang menilai dirinya terlalu rendah, mereka menggolongkan dirinya dalam golongan orang yang tidak bisa dipercaya, sehingga mereka menilai orang lain pun sama seperti dirinya, tidak bisa dipercaya.

Bila dilihat dari caranya menghadapi rasa tidak percaya, manusia bisa digolongkan dalam dua jenis.

Satu. Manusia Bodoh. Mereka adalah manusia yang saat dikhianati, langsung mengambil kesimpulan, bahwa semua manusia tidak bisa dipercaya. Mereka adalah manusia yang karena merasa dirinya tidak bisa dipercaya, maka menggolongkan manusia yang lain juga tidak bisa dipercaya.

Dua. Manusia Pintar. Mereka adalah manusia, yang ketika dikhianati, bukannya berhenti percaya mereka malah segera menghimpun kekuatan untuk membuktikan bahwa masih ada manusia yang bisa dipercaya. Mereka adalah manusia yang menambah nilai dirinya sehingga dirinya menjadi salah satu bukti nyata adanya manusia yang masih bisa dipercaya.

"Kamu manusia yang mana Jani?", adalah kalimat penutup yang dipilih temanku saat mengakhiri ceramah panjangnya.

Kalimat yang kemudian menjadi kekuatanku melalui tahun kedua setelah pengkhianatan yang kejam itu.

***

Maka dua tahun berlalu. Aku belajar lagi untuk percaya.

***

Beberapa waktu lalu, aku bertemu seorang manusia. Dia bercerita tentang beberapa hal tentang dirinya, yang kupercaya habis2an, hanya untuk kemudian menemukan diriku ditipu habis2an.

Aku setahun yang lalu, pasti tidak akan bisa ditipu, karena saat itu, aku berhenti percaya. Dan kalaupun aku tertipu juga. Aku pasti akan ngamuk2 dan semakin tidak percaya lagi pada apapun dan siapapun.

Tetapi hari itu, aku hanya menarik nafas lega. Lega karena semua cerita itu ternyata hanyalah tipuan dan tidak benar2 terjadi padanya. Sedikit menggerutu karena sudah dibuat stres berhari2, tetapi aku tersenyum bahagia. Karena, meski ditipu separah itu, aku tidak berhenti percaya.

Bahkan aku masih percaya pada manusia itu hingga hari ini.

***

Kalau temanku bertanya lagi padaku

"Kamu manusia yang mana Jani?"

Aku sudah tahu jawabku

"Aku memilih jadi Manusia Pintar".

Pertanyaanya sekarang,

"Kamu yang sedang membaca tulisan ini. Memilih jadi manusia yang mana?"

No comments:

Post a Comment

stay strong sangbaine

seorang temanku meninggal hari ini temanku yang adalah suami dari temanku juga masih muda pastinya anak2nya juga masih kecil2 sekali ada tig...